Dalam bahasa Arab, dhamir 'nahnu' adalah bentuk kata ganti orang pertama dalam bentuk jamak yang berarti kita atau kami. Tapi dalam ilmu nahwu, maknanya bisa saja bukan kami tetapi aku, saya dan lain-lainnya.Terkadang kita sering terjebak dengan pertanyaan seperti ini. Model pertanyaan seperti ini bisa jadi berangkat dari kepolosan dan keluguan, namun di sisi lain bisa jadi merupakan usaha untuk membodohi umat Islam yang awam dengan bahasa arab dengan menggunakan pertanyaan menjebak ini. Hal ini tidak aneh dan sudah sering dilakukan. Dengan bekal kemampuan bahasa arab seadanya, pertanyaan seperti ini sering dijadikan senjata buat umat Islam yang minim ilmunya.
Rasa Bahasa
Tapi bagi mereka yang memahami bahasa Arab sebagai bahasa yang kaya dengan makna dan kandungan seni serta balaghah dan fashohahnya, pertanyaan seperti ini terkesan lucu dan jenaka. Bagaimana mungkin aqidah Islam yang sangat logis dan kuat itu mau ditumbangkan cuma dengan bekal logika bahasa yang separo-separo.Dalam ilmu bahasa arab, penggunaan banyak istilah dan kata itu tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Sedangkan Al-Quran adalah kitab yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi.Kata 'Nahnu` tidak harus bermakna arti banyak, tetapi menunjukkan keagungan Allah SWT. Ini dipelajari dalam ilmu balaghah.
Contoh Perbandingan
Dalam bahasa Indonesia ada juga penggunaan kata "Kami" tapi bermakna tunggal. Misalnya seorang kepala sekolah dalam pidato sambutan pesta perpisahan anak sekolah berkata,"Kami sebagai kepala sekolah berpesan . . . ". Padahal yang jadi kepala sekolah hanya dia seorang dan tidak beramai-ramai, tapi dia bilang "Kami". Lalu apakah kalimat itu menunjukkan bahwa kepala sekolah sebenarnya ada banyak atau hanya satu ?. Kata kami dalam hal ini digunakan sebagai sebuah rasa bahasa dengan tujuan nilai kesopanan. Tapi rasa bahasa ini mungkin tidak bisa dicerap oleh orang asing yang tidak mengerti rasa bahasa Indonesia. Atau mungkin juga karena di barat tidak lazim digunakan kata-kata seperti itu.Selain kata 'Nahnu", ada juga kata 'antum' yang sering digunakan untuk menyapa lawan bicara meski hanya satu orang. Padahal makna `antum` adalah kalian (jamak). Secara rasa bahasa, bila kita menyapa lawan bicara kita dengan panggilan 'antum', maka ada kesan sopan dan ramah serta penghormatan ketimbang menggunakan sapaan 'anta'.Kalau teman diskusi anda yang nasrani itu tidak bisa memahami urusan rasa bahasa ini, harap maklum saja, karena bible mereka memang telah kehilangan rasa bahasa. Bahkan bukan hanya kehilangan rasa bahasa, tapi juga orisinalitas sebuah kitab suci. Karena sudah merupakan terjemahan dari terjemahan yang telah diterjemahkan dari terjemahan sebelumnya. Ada sekian ribu versi bible yang antara satu dan lainnya bukan sekedar tidak sama tapi juga bertolak belakang. Jadi wajar bila Bible mereka itu tidak punya balaghoh, logika, rasa dan gaya bahasa. Dia adalah tulisan karya manusia yang kering dari nilai sakral.
Contoh lain
Di dalam Al-Quran ada penggunaan yang kalau kita pahami secara harfiyah akan berbeda dengan kenyataannya. Misalnya penggunaan kata 'ummat'. Biasanya kita memahami bahwa makna ummat adalah kumpulan dari orang-orang. Minimal menunjukkan sesuatu yang banyak. Namun Al-Quran ketika menyebut Nabi Ibrahim yang saat itu hanya sendiri saja, tetap disebut dengan ummat.Sesungguhnya Ibrahim adalah ummat yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif . Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan. (QS. An-Nahl : 120)
MENGAPA AL-QUR'AN MENGGUNAKAN KATA GANTI "KAMI" KETIKA MERUJUK PADA ALLAH?
6:12 PM
| Author:
multazam
para misionaris sering mengklaim bahwa sebenarnya Al-Qur'an mengakui Paulus sebagai Nabi yang benar. mereka mengutip terjemah dari Ibnu Katsir:
Quran 36:13-14 Ayat 13: Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka;(sebuah persamaan; penghuni suatu kota dimana datang utusan-utusan itu kepada mereka) Dalam laporan yang disampaikan dari Ibn Abbas, Ka'b Al-Ahbar dan Wahb bin Munabbih - Ibn Ishaq melaporkan bahwa kota yang dimaksud adalah Antiokia, dimana ada seorang raja bernama Antiochus anak Antiochus yang dulu biasanya menyembah berhala. Allah mengirim kepada dia tiga orang Utusan (Rasul), yang bernama Sadiq, Saduq dan Shalum, dan dia tidak percaya kepada mereka. Juga diriwayatkan oleh Buraydah bin Al-Husayb, Ikrimah, Qatadah dan Az-Zuhri bahwa kota itu adalah Antiokia. Sebagian dari Imam tidak yakin bahwa itu adalah Antiokia, sebagaiman bisa kita lihat di bahwa ini setelah menceritakan sisa dari cerita itu, insya Allah
Ayat 14: (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu".(jadi Kami memperkuat mereka dengan yang Ketiga) berarti, Kami mendukung dan memperkuat mereka dengan Utusan (Rasul) yang ketiga. Ibn Jurayj meriwayatkan dari Wahb bin Sulayman, dari Shu'ayb Al-Jaba'i, "Nama kedua Utusan (Rasul) yang pertama adalah Sham'un dan Yuhana, dan nama yang ketiga adalah Bulus, dan kota yang dimaksud adalah Antiokia (Antakiyah).
(Sesungguhnya, kami telah dikirim kepada mu sebagai Utusan (Rasul).) berarti, dari Tuhan mu yang menciptakan kamu dan yang memerintahkan kamu menyembah Dia Seorang dengan tanpa pendamping dan rekan. Ini adalah pandangan Abu Al-Aliyah. Qatadah bin Di'amah mengklaim bahwa mereka adalah utusan dari Mesias, pbuh, yang dikirim kepada orang-orang Antiokia.
Shamun tampaknya adalah Simon Petrus. Yuhana tampaknya adalah Yohanes Bulus tampaknya adalah Paulus yang menyebarkan Injil di kota Antiokia.
Ibn Kathir pun menganggap rasul Paulus sebagai salah satu utusan Yesus.
apakah benar Paulus adalah Nabi? jika dia adalah Nabi yang benar maka semua ajarannya tentang Yesus otomatis adalah Tuhan adalah benar juga. umat Islam mutlak harus mengetahui masalah ini dan bagaimana permasalahan yang sebenarnya karena jika tidak iman mereka akan tergoncang.
Surah Yaasiin Ayat 14, “Nama kedua Utusan (Rasul) yang pertama adalah Sham'un dan Yuhana, dan nama yang ketiga adalah Bulus”. Apakah ini perkataan Ibnu Katsir? Bukan!! Ibnu Katsir hanya mengutip berita yang dikatakan oleh Shu'ayb Al-Jaba'I .Ibnu Katsir juga mengutip dari Ibnu Ishaq bahwa ketiga utusan yang dimaksud adalah Sadiq, Saduq dan Shalum. Anda menemukan sebuah nama yang bisa ditujukan kepada Paulus seperti halnya Bulus disini?
Agar lebih adil, mari kita periksa apa yang dikatakan oleh Tafsir Qurtubi yang diakui sebagai “tafsir nomor 1”, Tafsir Qurtubi:Tabari menyebutkan bahwa tiga utusan itu adalah: Sadiq, Saduq, ShalumAl Naqash menyebutkan bahwa tiga utusan itu adalah : Saman, Yahya, Shamoun Al-safa. Qurtubi sama sekali tidak menyebutkan sebuah nama yang mendekati nama Paulus
Tafsir Ibnu Abbas menyebutkan tiga utusan tersebut adalah: Simon dari Kanaan, Thomas, dan Simon Petrus. Tidak ada nama Paulus disini
Harap diketahui, kata yang digunakan pada ayat 14 adalah “Mursaluun”, bentuk jamak dari Mursal, yang artinya seseorang yang dikirim, bukan Rasul. Contohnya lihat Surah An-Naml ayat 35.Rasul sendiri bisa berarti duta, nabi, utusan, dan utusan Tuhan, Nabi Muhammad sendiri dikatakan hanyalah seorang utusan pada Surah Ali ‘Imran ayat 144. namun kata yang digunakan disitu adalah “Rasulun”, sehingga artinya adalah Nabi atau Utusan Tuhan.
kesimpulannya, adalah mengada-ada jika mengatakan Al-Quran mengakui Paulus sebagai Nabi. Ibnu Katsir hanya mengutip berita yang dikatakan oleh Shu'ayb Al-Jaba'I. berpegangan pada Tafsir Ibnu Katsir saja adalah hal yang sembrono karena Ibnu Katsir sendiri tidak mengatakan sendiri melainkan hanya mengutip berita
Quran 36:13-14 Ayat 13: Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka;(sebuah persamaan; penghuni suatu kota dimana datang utusan-utusan itu kepada mereka) Dalam laporan yang disampaikan dari Ibn Abbas, Ka'b Al-Ahbar dan Wahb bin Munabbih - Ibn Ishaq melaporkan bahwa kota yang dimaksud adalah Antiokia, dimana ada seorang raja bernama Antiochus anak Antiochus yang dulu biasanya menyembah berhala. Allah mengirim kepada dia tiga orang Utusan (Rasul), yang bernama Sadiq, Saduq dan Shalum, dan dia tidak percaya kepada mereka. Juga diriwayatkan oleh Buraydah bin Al-Husayb, Ikrimah, Qatadah dan Az-Zuhri bahwa kota itu adalah Antiokia. Sebagian dari Imam tidak yakin bahwa itu adalah Antiokia, sebagaiman bisa kita lihat di bahwa ini setelah menceritakan sisa dari cerita itu, insya Allah
Ayat 14: (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu".(jadi Kami memperkuat mereka dengan yang Ketiga) berarti, Kami mendukung dan memperkuat mereka dengan Utusan (Rasul) yang ketiga. Ibn Jurayj meriwayatkan dari Wahb bin Sulayman, dari Shu'ayb Al-Jaba'i, "Nama kedua Utusan (Rasul) yang pertama adalah Sham'un dan Yuhana, dan nama yang ketiga adalah Bulus, dan kota yang dimaksud adalah Antiokia (Antakiyah).
(Sesungguhnya, kami telah dikirim kepada mu sebagai Utusan (Rasul).) berarti, dari Tuhan mu yang menciptakan kamu dan yang memerintahkan kamu menyembah Dia Seorang dengan tanpa pendamping dan rekan. Ini adalah pandangan Abu Al-Aliyah. Qatadah bin Di'amah mengklaim bahwa mereka adalah utusan dari Mesias, pbuh, yang dikirim kepada orang-orang Antiokia.
Shamun tampaknya adalah Simon Petrus. Yuhana tampaknya adalah Yohanes Bulus tampaknya adalah Paulus yang menyebarkan Injil di kota Antiokia.
Ibn Kathir pun menganggap rasul Paulus sebagai salah satu utusan Yesus.
apakah benar Paulus adalah Nabi? jika dia adalah Nabi yang benar maka semua ajarannya tentang Yesus otomatis adalah Tuhan adalah benar juga. umat Islam mutlak harus mengetahui masalah ini dan bagaimana permasalahan yang sebenarnya karena jika tidak iman mereka akan tergoncang.
Surah Yaasiin Ayat 14, “Nama kedua Utusan (Rasul) yang pertama adalah Sham'un dan Yuhana, dan nama yang ketiga adalah Bulus”. Apakah ini perkataan Ibnu Katsir? Bukan!! Ibnu Katsir hanya mengutip berita yang dikatakan oleh Shu'ayb Al-Jaba'I .Ibnu Katsir juga mengutip dari Ibnu Ishaq bahwa ketiga utusan yang dimaksud adalah Sadiq, Saduq dan Shalum. Anda menemukan sebuah nama yang bisa ditujukan kepada Paulus seperti halnya Bulus disini?
Agar lebih adil, mari kita periksa apa yang dikatakan oleh Tafsir Qurtubi yang diakui sebagai “tafsir nomor 1”, Tafsir Qurtubi:Tabari menyebutkan bahwa tiga utusan itu adalah: Sadiq, Saduq, ShalumAl Naqash menyebutkan bahwa tiga utusan itu adalah : Saman, Yahya, Shamoun Al-safa. Qurtubi sama sekali tidak menyebutkan sebuah nama yang mendekati nama Paulus
Tafsir Ibnu Abbas menyebutkan tiga utusan tersebut adalah: Simon dari Kanaan, Thomas, dan Simon Petrus. Tidak ada nama Paulus disini
Harap diketahui, kata yang digunakan pada ayat 14 adalah “Mursaluun”, bentuk jamak dari Mursal, yang artinya seseorang yang dikirim, bukan Rasul. Contohnya lihat Surah An-Naml ayat 35.Rasul sendiri bisa berarti duta, nabi, utusan, dan utusan Tuhan, Nabi Muhammad sendiri dikatakan hanyalah seorang utusan pada Surah Ali ‘Imran ayat 144. namun kata yang digunakan disitu adalah “Rasulun”, sehingga artinya adalah Nabi atau Utusan Tuhan.
kesimpulannya, adalah mengada-ada jika mengatakan Al-Quran mengakui Paulus sebagai Nabi. Ibnu Katsir hanya mengutip berita yang dikatakan oleh Shu'ayb Al-Jaba'I. berpegangan pada Tafsir Ibnu Katsir saja adalah hal yang sembrono karena Ibnu Katsir sendiri tidak mengatakan sendiri melainkan hanya mengutip berita
1. Islam mempercayai kesucian Yesus. Tidak hanya beliau, namun juga Nabi-Nabi yang lain seperti Daud, Musa, Ayub, Muhammad, dll. Bahkan tidak sah iman seorang muslim jika tidak percaya kepada Nabi-Nabi tersebut. Dari Kitab Suci Al-Qur'an:"Ketika malaikat berkata: Hai Maryam! Sesungguhnya Tuhan menyampaikan berita gembira kepadamu dengan perkataan dari Tuhan [kelahiran anak] namanya Al-Masih Isa anak Maryam, orang besar di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang dekat ke pada Tuhan." 3:452.Pandangan-pandangan Islam tentang kesucian Maryam (maria), Ibu dari Yesus. Tak seorang Islampun yang ragu tentang kesusilaan dan kemurnian Maryam.Dia menurut Qur'an, yang termulia di antara wanita-wanita yang lain di dunia:"Dan ketika Malaikat berkata: Hai Maryam! Sesungguhnya Tuhan memilihmu, menyucikanmu dan melebihkan kamu dari perempuan-perempuan dunia. Hai Maryam! Patuhlah kepada Tuhanmu dan sujudlah dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk!" 3 :42-433.Islam menyatakan bahwa Yesus dilahirkan dengan keajaiban dari seorang ibu tanpa seorang ayah. Ini disebutkan dalam Qur’an surat 19:16-264. Qur'an menyebutkan keajaiban-keajaiban Yesus yang juga disebutkan di dalam Alkitab. Sesuai dengan Kitab Suci Qur'an, Yesus diberi kuasa oleh Tuhan menyembuhkan penyakit, menghidupkan yang mati, dan membuat yang buta dapat melihat jalannya. Dan juga Kitab Suci Qur'an menganggap keajaiban Yesus yang tidak tercantum di Alkitab: Yesus telah berbicara dengan jelas ketika dia di dalam buaian sebagaimana disebutkan di dalam Surat 19:27-33.NAMUN, meskipun begitu, terdapat hal-hal yang berbeda pada cara memuliakan Yesus antara Islam dan Kristen1. Meskipun Islam berpendapat bahwa Yesus adalah suci, tetapi Islam menolak ketuhanannya. Sesuai dengan ajaran Islam, Yesus bukan Tuhan. Dia bukan Tuhan, dan juga tidak disatukan dengan Tuhan. Dia adalah orang yang patut dihormati, tetapi tidak untuk disembah (dipuja). Islam tidak kompromi dalam masalah keesaan Tuhan. Tuhan hanya satu, dan tidak ada Tuhan kecuali Dia, Yang Maha Kuasa selalu hidup, dan memiliki kehidupan, ilmu pengetahuan dan kekuatan yang tidak terbatas. Yesus tidak selalu hidup. Dia dilahirkan kurang dari 2000 tahun yang lalu, dan sesuai dengan Alkitab, dia meninggal dalam umur yang pendek. Dia tidak yang maha kuasa sebab dia dikejar-kejar. Ilmunya terbatas karena bahkan dia tidak tahu musim (Markus 11:13). Juga dia tidak tak terbatas (Yohanes 5:30). Dia tidak patut disembah sebab dirinya sendiri penyembah Tuhan (Yohanes 8:40, Matius 7:21, 26:39).2. Yesus, sesuai dengan ajaran Islam, bukan anak Tuhan (dalam arti sebenarnya). Tuhan tidak mempunyai anak, sebab Dia di atas itu. “Anak Tuhan” di dalam Alkitab bukan hanya Yesus namun banyak sekali. Sifat keayahan Tuhan baik dari segi tubuh maupun dari segi jiwa (spiritual) tidak dapat diterima, sebab Dia pencipta setiap jiwa (spiritual) dan zat. Kitab Suci Qur'an jelas menyebutkan dalam Surat 6:100-102.3.Islam menolak penyaliban Yesus.Yesus tidak (bukan) meninggal disalib. Kitab Suci Qur'an jelas menyebutkan dalam Surat 4:157-158. Bagi Umat Islam, Yesus adalah Nabi yang mulia dan suci. Bahkan Islam menempatkan gelar Alaihissalam di belakang nama beliau yang bermakna “damai dan sejahtera baginya”. Itulah sebabnya kami, umat Islam, merasa mempunyai kewajiban meluruskan hal-hal yang salah mengenai beliau.
Sekarang kami bertemu dengan seseorang ahli yang unik. Dia berbeda dengan ahli yang lain, tetapi pada saat yang sama, dia anggota dari kelompok ahli. Namanya adalah Profesor Siaveda, salah satu anggota ahli geologi dari Jepang. Dia juga salah satu ilmuwan terkenal dunia. Pemikiran Profesor Siaveda dipenuhinya dengan beberapa distorsi dan kecurigaan tentang semua agama. Memang benar apa yang dia katakan yang berkenaan dengan semua agama, kecuali Islam, sebab Islam berbeda dengan semua agama yang ia bicarakan.
Ketika kami bertemu dengannya, dia berkata kepada kami: "Anda belajar agama yang semua ada di dunia seharusnya Anda menjaga dengan menutup mulut Anda selamanya." Kami menjawab: "Tetapi mengapa, Profesor, mengapa?" Dia menjawab: "Sebab, jika Anda berbicara, Anda menyebabkan perang yang berkobar antara keseluruhan manusia di dunia". Kami bertanya kepadanya: "Mengapa persekutuan NATO dan Pakta Warsawa mengumpulkan gudang senjata nuklir secara besar-besaran dan senjata nuklir di angkasa, laut, darat, dan bawah tanah. Mengapa hal ini? Apakah hal ini untuk alasan agama?" Dia terdiam. Kemudian kami berkata kepadanya: "Bagaimananapun kami tahu bahwa sikap Anda yang berhubungan dengan semua agama, namun karena Anda tidak tahu banyak tentang Islam, Anda mungkin mendengar apa yang kami katakan." Jadi, kami menanyakannya banyak pertanyaan tentang keahliannya dan juga memberikan informasi kepadanya tentang ayat-ayat al-Quran dari Hadis Nabi yang menyebutkan fenomena yang ia bicarakan.
Satu dari pertanyaan ini adalah tentang gunung yang benar-benar mengakar di bumi. Dia menjawab: "Perbedaan pokok antara gunung yang ada di benua dan gunung yang ada di samudera terletak pada bahannya. Gunung yang ada di benua pada dasarnya terbuat dari endapan, sedangkan gunung di samudera terbuat dari batu vulkanik. Gunung di benua terbentuk dari kekuatan tekanan , sedangkan gunung di samudera terbentuk dari kekuatan perpanjangan. Tetapi, di antara kedua gunung itu memiliki persamaan bahwa mereka mengakar untuk mendukung pegunungan. Dalam hal ini, gunung di benua, ringan rendahnya berat jenis bahan dari gunung secara luas turun ke bumi sebagai akar. Sedangkan gunung di samudera juga ada bahan ringan yang menyokong gunung sebagai akar, tetapi bahan-bahan gunung disamudera ini tidak ringan sebab komposisinya ringan, tetapi panas, oleh karena itu agak meluas Tetapi dari sudut pandang berat jenis, mereka mengerjakan hal yang sama dalam menyokong pegunungan. Oleh karena itu, fungsi akar adalah penyokong gunung sesuai dengan hukum Archimedes. "
Profesor Siaveda menggambarkan semua bentuk gunung, baikyang di darat maupun di laut, sebagaimana yang menjadi bentuk iris. Dapatkah seseorang pada masa Nabi Muhammad SAW mengetahui kondisi gunung ini? Dapatkah seseorang membayangkan bongkahan gunung yang dia lihat sebelumnya benar-benar memperluas ke dalam bumi dan memiliki akar sebagaimana yang dipercayai para ilmuwan. Banyak buku geografi yang membicarakan gunung, hanya menggambarkan bagian permukaan bumi. Hal inilah yang tidak ditulis oleh ahli geologi, akan tetapi ilmu pengetahuan modern memberikan informasi kepada kita tentang gunung dan Allah berfirman,
"Dan gunung gunung sebagai pasak" (QS anNaba'. 7)
Kami bertanya kepada Profesor Siaveda: "Apakah gunung-gunung itu memiliki fungsi dalam membangun kerak bumi?" Dia mengatakan bahwa hal ini belum ditemukan dan dibangun oleh para ilmuwan. Dalam pandangan jawaban, kami menyelidiki dan menanyakan tentang hal ini dan kami mendapati beberapa ahli geologi memberikan jawaban yang sama, kecuali hanya sedikit. Di antara yang sedikit itu sebagai penulis buku yang berjudul "Bumi". Buku ini dijadikan sebagai dasar referensi di beberapa universitas di seluruh dunia. Salah satu penulis buku ini bernama Frank Press. Sekarang ini dia Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan di Amerika Serikat. Sebelum itu, dia penasihat ilmu pengetahuan bekas Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter.
Apa yang dikatakan dalam bukunya, ia menggambarkan gunung menyerupai bentuk iris di mana gunung itu bagian kecil dari semua yang memiliki akar dan mengakar kuat di dasar tanah. Prof Press menulis fungsi gunung dan menyatakan bahwa mereka memainkan peran penting dalam menstabilkan kerak bumi. Inilah kenyataan mengapa al-Quran menggambarkan gunung pada 14 abad yang lalu.
Allah berfirman:
"Dan gunung gunung dipancangkannya dengan teguh. " (QS an-Naazi'at : 32)
"Dan Dia menancapkan gunung gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu. " (QS an-Nahl : 15)
Namun, siapa yang telah memberi tahu Nabi Muhammad SAW tentang hal ini? Kami menanyakan kepada Profesor Siaveda pertanyaan berikut: “Apa pendapat Anda setelah melihat al-Quran dan Sunnah yang berkaitan dengan rahasia alam semesta yang baru saja ditemukan para ilmuwan akhir-akhir ini?" Dia menjawab:
"Saya pikir, hal ini terlihat sangat misterius bagi saya, hampir tidak dapat dipercaya. Saya sungguh berpikir apa yang Anda katakan itu benar. Buku itu sungguh luar biasa, saya setuju. "
Ya, apa yang dapat dikatakan para ilmuwan? Mereka tidak dapat menghubungkan pengetahuan yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan yang tertulis di dalam al-Quran untuk seluruh umat manusia atau ahli ilmiah pada masa lalu, sebab semua ilmuwan tidak menyadari akan rahasia semua ini. Terlebih lagi, semua manusia tidak dapat menjelaskan tetapi untuk menghubungkan pengetahuan itu untuk beberapa kekuatan bumi. Ya, inilah petunjuk dari Allah yang diturunkan kepada utusan-Nya, Nabi Muhammad SAW yang buta huruf yang dibuat Allah sebagai tanda yang abadi untuk mengantarkan manusia sampai akhir zaman.
Ketika kami bertemu dengannya, dia berkata kepada kami: "Anda belajar agama yang semua ada di dunia seharusnya Anda menjaga dengan menutup mulut Anda selamanya." Kami menjawab: "Tetapi mengapa, Profesor, mengapa?" Dia menjawab: "Sebab, jika Anda berbicara, Anda menyebabkan perang yang berkobar antara keseluruhan manusia di dunia". Kami bertanya kepadanya: "Mengapa persekutuan NATO dan Pakta Warsawa mengumpulkan gudang senjata nuklir secara besar-besaran dan senjata nuklir di angkasa, laut, darat, dan bawah tanah. Mengapa hal ini? Apakah hal ini untuk alasan agama?" Dia terdiam. Kemudian kami berkata kepadanya: "Bagaimananapun kami tahu bahwa sikap Anda yang berhubungan dengan semua agama, namun karena Anda tidak tahu banyak tentang Islam, Anda mungkin mendengar apa yang kami katakan." Jadi, kami menanyakannya banyak pertanyaan tentang keahliannya dan juga memberikan informasi kepadanya tentang ayat-ayat al-Quran dari Hadis Nabi yang menyebutkan fenomena yang ia bicarakan.
Satu dari pertanyaan ini adalah tentang gunung yang benar-benar mengakar di bumi. Dia menjawab: "Perbedaan pokok antara gunung yang ada di benua dan gunung yang ada di samudera terletak pada bahannya. Gunung yang ada di benua pada dasarnya terbuat dari endapan, sedangkan gunung di samudera terbuat dari batu vulkanik. Gunung di benua terbentuk dari kekuatan tekanan , sedangkan gunung di samudera terbentuk dari kekuatan perpanjangan. Tetapi, di antara kedua gunung itu memiliki persamaan bahwa mereka mengakar untuk mendukung pegunungan. Dalam hal ini, gunung di benua, ringan rendahnya berat jenis bahan dari gunung secara luas turun ke bumi sebagai akar. Sedangkan gunung di samudera juga ada bahan ringan yang menyokong gunung sebagai akar, tetapi bahan-bahan gunung disamudera ini tidak ringan sebab komposisinya ringan, tetapi panas, oleh karena itu agak meluas Tetapi dari sudut pandang berat jenis, mereka mengerjakan hal yang sama dalam menyokong pegunungan. Oleh karena itu, fungsi akar adalah penyokong gunung sesuai dengan hukum Archimedes. "
Profesor Siaveda menggambarkan semua bentuk gunung, baikyang di darat maupun di laut, sebagaimana yang menjadi bentuk iris. Dapatkah seseorang pada masa Nabi Muhammad SAW mengetahui kondisi gunung ini? Dapatkah seseorang membayangkan bongkahan gunung yang dia lihat sebelumnya benar-benar memperluas ke dalam bumi dan memiliki akar sebagaimana yang dipercayai para ilmuwan. Banyak buku geografi yang membicarakan gunung, hanya menggambarkan bagian permukaan bumi. Hal inilah yang tidak ditulis oleh ahli geologi, akan tetapi ilmu pengetahuan modern memberikan informasi kepada kita tentang gunung dan Allah berfirman,
"Dan gunung gunung sebagai pasak" (QS anNaba'. 7)
Kami bertanya kepada Profesor Siaveda: "Apakah gunung-gunung itu memiliki fungsi dalam membangun kerak bumi?" Dia mengatakan bahwa hal ini belum ditemukan dan dibangun oleh para ilmuwan. Dalam pandangan jawaban, kami menyelidiki dan menanyakan tentang hal ini dan kami mendapati beberapa ahli geologi memberikan jawaban yang sama, kecuali hanya sedikit. Di antara yang sedikit itu sebagai penulis buku yang berjudul "Bumi". Buku ini dijadikan sebagai dasar referensi di beberapa universitas di seluruh dunia. Salah satu penulis buku ini bernama Frank Press. Sekarang ini dia Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan di Amerika Serikat. Sebelum itu, dia penasihat ilmu pengetahuan bekas Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter.
Apa yang dikatakan dalam bukunya, ia menggambarkan gunung menyerupai bentuk iris di mana gunung itu bagian kecil dari semua yang memiliki akar dan mengakar kuat di dasar tanah. Prof Press menulis fungsi gunung dan menyatakan bahwa mereka memainkan peran penting dalam menstabilkan kerak bumi. Inilah kenyataan mengapa al-Quran menggambarkan gunung pada 14 abad yang lalu.
Allah berfirman:
"Dan gunung gunung dipancangkannya dengan teguh. " (QS an-Naazi'at : 32)
"Dan Dia menancapkan gunung gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu. " (QS an-Nahl : 15)
Namun, siapa yang telah memberi tahu Nabi Muhammad SAW tentang hal ini? Kami menanyakan kepada Profesor Siaveda pertanyaan berikut: “Apa pendapat Anda setelah melihat al-Quran dan Sunnah yang berkaitan dengan rahasia alam semesta yang baru saja ditemukan para ilmuwan akhir-akhir ini?" Dia menjawab:
"Saya pikir, hal ini terlihat sangat misterius bagi saya, hampir tidak dapat dipercaya. Saya sungguh berpikir apa yang Anda katakan itu benar. Buku itu sungguh luar biasa, saya setuju. "
Ya, apa yang dapat dikatakan para ilmuwan? Mereka tidak dapat menghubungkan pengetahuan yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan yang tertulis di dalam al-Quran untuk seluruh umat manusia atau ahli ilmiah pada masa lalu, sebab semua ilmuwan tidak menyadari akan rahasia semua ini. Terlebih lagi, semua manusia tidak dapat menjelaskan tetapi untuk menghubungkan pengetahuan itu untuk beberapa kekuatan bumi. Ya, inilah petunjuk dari Allah yang diturunkan kepada utusan-Nya, Nabi Muhammad SAW yang buta huruf yang dibuat Allah sebagai tanda yang abadi untuk mengantarkan manusia sampai akhir zaman.